Senin, 06 Januari 2014

makalah syukur


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
            Bumi berputar, musim berganti, zaman beredar dan manusia yang mendiami planet bumipun semakin banyak dan sarat dengan variasi . Allah sangat sayang terhadap makhluk ciptaan- Nya ini. Bumi dihamparkannya dengan tanaman, udara yang bersih, hewan peliharaan, ada air sungai, danau, lautan dan gunung yang sarat dengan rahasia, semuanya dikhidmatkan dan diperuntukan bagi kelangsungan kehidupan manusia.            
Hamba yang baik dan senantiasa memelihara kedekatanya dengan Allah SWT lalu berusaha mensyukuri setiap nikmat dan karunia Allah SWT, niscaya akan Allah beri sesuatu yang lebih bernilai dan bermanfaat, baik berupa kenikmatan dan keberkahan hdup di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya, jika ia menelantarkan rasa syukur kepada Allah, maka Dia akan mencabut nikmat tersebut dan menggantinya dengan sesuatu yang lebih buruk sebagai bentuk azab atas kufur nikmat.
            Kenikmatan akan senantiasa langgeng dengan disyukuri, bahkan terus bertambah dan tidak pernah putus hingga rasa syukur terhenti. Kenikmatan apapun bentuknya merupakan karunia Allah yang harus disyukuri.
            Manusia secara kodrati memang tidak pernah puas. Jika diberi segunung emas, dia akan minta dua buah gunung. Demikian seterusnya, maka kapan ia puas? Kapan ia bersyukur. Disinilah pentingnya menanamkan sifat syukurkepada diri dan anak didik kita.
B.     Perumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan hal-hal yang akan menjadi bahan pembahasan dari makalah ini, yaitu:
1.      Apa yang dimaksud dengan syukur?
2.      Mengapa harus bersyukur kepada Allah atas karunia-Nya?
3.      Bagaimana menanamkan sifat syukur kepada peserta didik?
C.     Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk:
  1. Merumuskan pengertian syukur
  2. Menjelaskan macam-macam syukur
  3. Menguraikan manfaat dan keutamaan syukur
  4. . Menguraikan penanaman sifat syukur kepada siswa














BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Syukur
Syukur dalam bahasa arab berasal dari kata  qä3¤± jamak x6x© artinya yang banyak syukur (terima kasihnya).[1] Kata syukur dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah rasa terima kasih kepada Allah karena terlepas dari mara bahaya.[2]
Sedangkan menurut istilah adalah tidak mendurhakai Allah atas nikmat yang telah dikaruniakan. Sedangkan menurut penulis adalah berterimakasih kepada Allah tanpa batas dengan sungguh-sungguh atas segala nikmat dan karunianya dengan ikhlas serta mentatati apa yang diperintahkannya..
Bersyukur tidak berarti sekedar nrimo, menerima apa adanya sehingga ia menjadi orang yang apatis. Tidak punya kemauan dan determinis. Karena menganggap Allah sudah menetapkan nasib manusia maka ia merasa percuma bekerja. Bersyukur tidak ada hubungannya dengan nasib yang digariskan kepadanya.[3]
Dalam Al-qur’an Allah memerintahkan kepada manusia untuk bersyukur. Berikut dalil-dalil yang berkaitan dengan perintah bersyukur:
1.      Surat Ibrahim ayat 7
øŒÎ)ur šc©Œr's? öNä3š/u ûÈõs9 óOè?öx6x© öNä3¯RyƒÎV{ ( ûÈõs9ur ÷LänöxÿŸ2 ¨bÎ) Î1#xtã ÓƒÏt±s9 ÇÐÈ 
7.  Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
2.      Surat Al-Baqarah ayat 152
þÎTrãä.øŒ$$sù öNä.öä.øŒr& (#rãà6ô©$#ur Í< Ÿwur Èbrãàÿõ3s? ÇÊÎËÈ 
152.  Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu[98], dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.[4]
B.     Hakikat dan Macam-macam syukur
Dalam kitab Ihya Ulumudin Imam Ghazali menguraikan bahwa syukur itu tersusun dalam tiga hal yaitu ilmu, keadaan dan perbuatan . Ilmunya adalah dengan menyadari bahwa kenikmatan yang diterimanya itu semata-mata dari Dzat yang Maha Pemberi kenikmatan. Keadaannya ialah menyatakan kegembiraan yang timbulnya sebab memperoleh kenikmatan tadi, sedang amalannya ialah menunaikan sesuatu yang sudah pasti menjadi tujuan serta dicintai oleh Dzat yang memberi kenikmatan itu untuk dilaksanakan.[5]
                 Syukur ada tiga macam yaitu:
1.      Syukur dengan hati.
Syukur dengan hati, yaitu mengerti bahwa segala nikmat itu dari Allah. Sesuai firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 53:
$tBur Nä3Î/ `ÏiB 7pyJ÷èÏoR z`ÏJsù «!$# ( ¢OèO #sŒÎ) ãNä3¡¡tB ŽØ9$# Ïmøs9Î*sù tbrãt«øgrB ÇÎÌÈ 
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, Maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, Maka Hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan”. ( An-Nahl: 53)
2.      Syukur dengan lisan
Syukur dengan lisan adalah dengan cara memperbanyak pujian kepada-Nya dan selalu memperbaharui nikmat yang diterimanya.[6] Maksudnya adalah dengan banyak Mengucap hamdallah karena langkah pertama dan utama dalam bersyukur. Lafadz  alhamdulllah termasuk yang paling baik diucapkan secara lisan. Nabi bersabda, “Ucapan Alhamdulillah itu memenuhi timbangan (amal kebaikan).”[7]
Firman Allah SWT:
$¨Br&ur ÏpyJ÷èÏZÎ/ y7În/u ô^ÏdyÛsù ÇÊÊÈ 
Dan terhadap nikmat Tuhanmu, Maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur kepada-Nya”. (Adh-Dhuha: 11)
3.      Syukur dengan anggota badan
Syukur dengan semua anggota, yaitu semua anggota menjalankan amal-amal sholeh. Semua aggota badan mulai dari ujung rambut hingga ke ujung kaki tidak digunakan untuk mengerjakan maksiat, akan tetapi hendaklah digunakan untuk menjalankan berbagai amal kebajikan.[8] Dan perkara yang diridhai Allah dan mencegah dari perkara yang dimurkai Allah, serta tidak mengalokasikan nikmat-nikmat tersebut pada tempat yang mengundang kutukan dan azab Allah [9]
                 Firman Allah SWT:
                 .... (#þqè=yJôã$# tA#uä yмãr#yŠ #[õ3ä© 4 ×@Î=s%ur ô`ÏiB yÏŠ$t6Ïã âqä3¤±9$# ÇÊÌÈ 
 Bekerjalah Hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih. (Saba: 13)[10]
Seseorang belum dikatakan bersyukur kepada Allah, melainkan apabila kenikmatan yang diperolehnya itu digunakan untuk sesuatu yang disenangi-Nya, bukan yang disenangi itu untuk kemanfaatan Dzatnya Allah sendiri, tetapi justeru untuk kemanfaatan hamba-hambanya belaka. [11]
Tiga dimensi Syukur
Syukur bisa dikatakan sempurna bila telah memenuhi 3 kriteria , yaitu:
1. Mengetahui semua nikmat yang Allah berikan, seperti nikmat Iman, Islam dan ketaatan dalam menjalankan perintah-Nya sehingga benar-benar menjadikan Allah sebagai pelindung dan senantiasa hadir dalam hatinya, dengan meyakini bahwa kesuksesan dan segala bentuk kemewahan semua berasal dari Allah, kita hanya di beri pinjaman sementara di dunia.
2. Mengungkapkan rasa syukurnya dalam bentuk puji seperti alhamdulillah, asy-Syukrulillah atau ucapan lainnya yang memiliki arti yang sama.
3. Nikmat Allah yang ada, bukan untuk dirasakan sendiri melainkan untuk berbagi dengan orang lain, seperti sedekah, infaq dan menolong fakir miskin, itu semua kita lakukan agar kita selamat dari ujian dan amanah yang kita hadapi di dunia sehingga kelak harta, tahta dan kekayaan kita menjadi penolong besok pada hari penghitungan amal di yaum mahsyar nanti.[12]

C.     Cara Menanamkan sifat syukur pada siswa
Sifat syukur merupakan salah satu akhlaq mulia yang sangat penting yang harus ditanamkan pada anak didik sejak dini. Dan usaha untuk melatih anak didik agar memperoleh didikan dan akhlak yang baik harus dilaksanakan dan sebagai orang tua atau pendidik tidak boleh lengah, karena anak adalah amanah Allah yang bernilai tinggi.
Oleh sebab itu apabila  anak dibiasakan untuk mengamalkan apa-apa yang baik seperti selalu bersyukur kepada Allah atas nikmatnya dan sabar terhadap cobaan, pasti akan tumbuh di atas kebaikan dan akan selamat dunia dan akhirat.[13] Dan anak dijelaskan bahwa dengan bersyukur memiliki keutamaan yang luar biasa.
Rasulullah shollallahu Alaihi Wa Sallam dikenal sebagai abdan syakuura (hamba Allah yang banyak bersyukur). Setiap langkah dan tindakan beliau merupakan perwujudan rasa syukurnya kepada Allah.Suatu ketika Nabi memengang tangan Muadz bin Jabal dengan mesra seraya berkata :
“Hai Muadz, demi Allah sesungguhnya aku amat menyayangimu”. Beliau melanjutkan sabdanya, “Wahai Muadz, aku berpesan, janganlah kamu tinggalkan pada tiap-tiap sehabis shalat berdo’a : Allahumma a’innii `alaa dzikrika wa syukrika wa husni `ibaadatika (Ya Allah,tolonglah aku agar senantiasa ingat kepada-Mu, mensyukuri nikmat-Mu, dan baik dalam beribadat kepada-Mu)”.
Mengapa kita perlu memohon pertolongan Allah dalam berdzikir dan bersyukur ? ., Tanpa pertolongan dan bimbingan Allah amal perbuatan kita akan sia-sia. Sebab kita tidak akan sanggup membalas kebaikan Allah kendati banyak menyebut asma Allah; Menyanjung, memuja dan mengaungkan-Nya. Lagi pula, hakikat syukur bukanlah dalam mengucapkan kalimat tersubut, kendati ucapan tersebut wajib dilakukan sebanyak-banyaknya.
Al Junaid seorang sufi, pernah ditanya tentang Makna (hakikat) syukur. Dia berkata, “Jangan sampai engkau menggunakan nikmat karunia Allah untuk bermaksiat kepada-Nya”.
Lantas, adakah sesuatu yang bukan nikmat Allah. Kita taat dengan menggunakan karunia dan izin Allah. Bahkan ketaatan itu sendiri merupakan karunia dan hidayah Allah. Sebaliknya, seseorang yang melakukan maksiat pun sudah pasti dengan menyalahgunakan nikmat Allah dan akibat kesalahannya sendiri.
Ketika kita menerima pemberian Allah kita memuji-Nya, tetapi ini sama sekali belum mewakili kesyukuran kita. Pujian yang indah dan syahdu saja belum cukup, dia baru dikatakan bersyukur bila diwujudkan dalam bentuk amal shaleh yang diridhai Allah.
Abu Hazim Salamah bin Dinar berkata, “Perumpamaan orang yang memuji syukur kepada Allah hanya dengan lidah, namun belum bersyukur dengan ketaatannya, sama halnya dengan orang yang berpakaian hanya mampu menutup kepala dan kakinya, tetapi tidak cukup menutupi seluruh tubuhnya. Apakah pakaian demikian dapat melindungi dari cuaca panas atau dingin ?
Tidak perlu diragukan lagi akan keutamaan syukur dan ketinggian derajatnya, yakni syukur kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya yang datang terus beruntun dan tiada habis-habisnya. Di dalam Al-Qur’an Allah menyuruh bersyukur dan melarang kebalikannya. Allah memuji orang-orang yang mau bersyukur dan menyebut mereka sebagai makhluk-makhluk-Nya yang istimewa. Allah menjadikan syukur sebagai tujuan penciptaan-Nya, dan menjanjikan orang-orang yang mau melakukannya dengan balasan yang sangat baik. Allah menjadikan syukur sebagai sebab untuk menambahkan karunia dan pemberian-Nya, dan sebagai sesuatu yang memelihara nikmat-Nya. Allah memberitahukan bahwa orang-orang yang mau bersyukur adalah orang-orang yang dapat memanfaatkan tanda-tanda kebesaran-Nya.[14]

Bagaimana cara meningkatkan rasa syukur kepada Allah?

Jika kita bersyukur, nikmat kita akan ditambah oleh Allah. Mungkin, kita sudah hafal ayat Al Quran yang menjelaskan hal ini:
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu (QS Ibrahim:7)
Lalu, mengapa ada orang yang merasa sudah bersyukur tetapi merasa tidak mendapatkan nikmat tambahan? Karena janji Allah tidak mungkin salah, artinya ada yang salah dengan diri kita. Ada tiga kemungkinan:
Pertama: cara kita bersyukur yang salah.
Kedua: kita kurang peka terhadap nikmat yang sebenarnya sudah Allah berikan kepada kita.
Ketiga: Allah memberikan nikmat lain yang terbaik bagi kita, tapi kita tidak menyadarinya.
Jadi, Bagaimana cara meningkatkan rasa syukur?
Luangkan waktu untuk merenungkan nikmat-nikmat yang sudah Allah berikan kepada kita. Nikmat itu sangat banyak, bahkan tidak akan terhitung. Lalu mengapa banyak orang yang merasa tidak mendapatkan nikmat? Karena mereka kurang memberikan perhatian terhadap nikmat-nikmat yang sudah Allah berikan. Allah mengulang-ngulang ayat “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” dalam surah ar Rahmaan, dimana salah satu hikmahnya adalah agar kita lebih memperhatikan nikmat-nikmat. Saat kita memberikan perhatian terhadap nikmat, kita akan melihat, kita akan ngeh, bahwa nikmat Allah yang kita terima sangat banyak.
Berprasangka baiklah kepada Allah. Banyak nikmat yang tidak terlihat bagi kita. Kita sering menganggap bahwa nikmat itu harus dalam bentuk materi, padahal lebih luas dari itu. Seringkali kita menganggap bahwa nikmat itu adalah sebuah pemberian, padahal bisa saja Allah sudah menghindarkan kita dari suatu musibah yang asalnya akan menimpa kita. Mungkin tidak ada yang bertambah pada diri kita, tetapi terhindar dari musibah bukankan sebuah nikmat yang besar? Renungkanlah…
Setelah kita mengetahui bahwa nikmat Allah begitu banyaknya, maka langkah selanjutnya ialah memasukan pengetahuan ini ke dalam hati. Agar melekat dengan diri kita sehingga rasa syukur kita akan bertambah. Caranya ialah terus menerus mengingat nikmat dalam berbagai kesempatan. Semakin sering kita mengingat nikmat, akan semakin tertancap dalam hati, maka rasa syukur pun akan meningkat.
Jadi cara meningkatkan rasa syukur diawali dengan pengetahuan akan nikmat yang telah kita terima. Namun tidak cukup hanya pengetahuan saja, karena banyak orang yang tahu tetapi kurang bersyukur. Pengetahuan akan nikmat ini harus tertanam dalam hati kita.
Kita sudah mengetahui bagaimana cara meningkatkan rasa syukur. Muda-mudahan dengan meningkat rasa syukur, nikmat kita akan bertambah.[15]


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa bersyukur dan aplikasinya adalah mengetahui Allah dengan hati, mengingat Allah dengan lisan dan melaksanakan segala yang diperintahkan oleh Allah dengan amal perbuatan. Dan syukur mempunyai nilai ibadah yang sangat tinggi.
B.     Saran
Penulis mengharapkan kritik dan saran  dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah  syukur.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pembinaan akhalak bagi pendidik dan peserta didik













Soa Ujian:
1. sebagai muslim apakah anda merasakan indahnya berislam dan beriman? apa saja keindahan tersebut? jelaskan!
2. judul makalah yang anda tulis adalah tentang akhlak. jelaskan bagaimana cara menenamkan akhlak mulia yang anda tulis atau bagaimana cara menjauhkan akhak tercela pada peserta didik anda? berikan alasan yang tepat!

Jawaban Soal:




















DAFTAR PUSTAKA
            Al-Ghazali. 1975 Ihya Ulumuddin. Bandung: Diponegoro
            Abidin, Zaenal.2009. Mencari Kunci Rezeki yang Hilang. Jakarta: Menara Indo Pena.
            Al-Qur’an dan terjemahnya.
            Depdiknas. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Handrianto, Budi. 2002. Kebeningan Hati dan Pikiran. Jakarta:Gema Insani .
Ingathari . http:// ingathari.blogspot.com.
Khalid,Abu. Kamus Arab Al-Huda Arab –Indonesia. Surabaya: Fajar Mulya.
Selamat, Kasmuri. 2005. Rahmat di Balik Cobaan. Jakarta: Kalam Mulia.










[1] Abu Khalid, Kamus Bahasa Arab, (Surabaya:Fajar Mulya)
[2] Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia , (Jakarta:Gramedia,2011),hal. 1368
[3] Budi Handrianto, Kebeninga Hati dan Pikiran,(Jakarta: Gema Insani,2002) hal 129
[4] Alqur’an dan terjemahnya
[5] Imam Alghazali, Ihya Ulumuddin (Bandung:Diponegoro,1975), hal. 918
[6] Kasmuri Selamat, Rahmat di Balik Cobaan (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), hal.132
[7] Zaenal Abidin, Mencari Kunci Rezeki yang Hilang (Jakarta: Menara Indo Pena),hal.147
[8] Kasmuri , Op.Cit
[9] Zaenal, Op.Cit
[10] Kasmuri Selamat, Op.Cit.
[11] Imam Alghazali, Ihya Ulumuddin (Bandung:Diponegoro,1975), hal .918
[12]  Ingathari.blogspot.com

[13] Imam Alghazali, Loc.Cit hal.534
[14] Sayutialhandy.blogspot.com

[15] Ingathari.blogspot.com Op.Cit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar