BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Bumi berputar,
musim berganti, zaman beredar dan manusia yang mendiami planet bumipun semakin
banyak dan sarat dengan variasi . Allah sangat sayang terhadap makhluk ciptaan-
Nya ini. Bumi dihamparkannya dengan tanaman, udara yang bersih, hewan
peliharaan, ada air sungai, danau, lautan dan gunung yang sarat dengan rahasia,
semuanya dikhidmatkan dan diperuntukan bagi kelangsungan kehidupan manusia.
Hamba yang baik dan senantiasa memelihara kedekatanya dengan Allah
SWT lalu berusaha mensyukuri setiap nikmat dan karunia Allah SWT, niscaya akan
Allah beri sesuatu yang lebih bernilai dan bermanfaat, baik berupa kenikmatan
dan keberkahan hdup di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya, jika ia
menelantarkan rasa syukur kepada Allah, maka Dia akan mencabut nikmat tersebut
dan menggantinya dengan sesuatu yang lebih buruk sebagai bentuk azab atas kufur
nikmat.
Kenikmatan akan
senantiasa langgeng dengan disyukuri, bahkan terus bertambah dan tidak pernah
putus hingga rasa syukur terhenti. Kenikmatan apapun bentuknya merupakan
karunia Allah yang harus disyukuri.
Manusia secara
kodrati memang tidak pernah puas. Jika diberi segunung emas, dia akan minta dua
buah gunung. Demikian seterusnya, maka kapan ia puas? Kapan ia bersyukur.
Disinilah pentingnya menanamkan sifat syukurkepada diri dan anak didik kita.
B.
Perumusan
Masalah.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat
dirumuskan hal-hal yang akan menjadi bahan pembahasan dari makalah ini, yaitu:
1.
Apa yang dimaksud dengan syukur?
2.
Mengapa harus bersyukur kepada Allah atas
karunia-Nya?
3.
Bagaimana menanamkan sifat syukur kepada
peserta didik?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan dari makalah ini adalah untuk:
- Merumuskan pengertian syukur
- Menjelaskan macam-macam syukur
- Menguraikan manfaat dan keutamaan syukur
- . Menguraikan penanaman sifat syukur kepada siswa
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Syukur
Syukur dalam bahasa arab berasal dari kata qä3¤± jamak x6x© artinya yang banyak syukur
(terima kasihnya).[1] Kata
syukur dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah rasa terima kasih kepada Allah
karena terlepas dari mara bahaya.[2]
Sedangkan menurut istilah adalah tidak
mendurhakai Allah atas nikmat yang telah dikaruniakan. Sedangkan menurut
penulis adalah berterimakasih kepada Allah tanpa batas dengan sungguh-sungguh
atas segala nikmat dan karunianya dengan ikhlas serta mentatati apa yang
diperintahkannya..
Bersyukur
tidak berarti sekedar nrimo, menerima apa adanya sehingga ia menjadi orang yang
apatis. Tidak punya kemauan dan determinis. Karena menganggap Allah sudah
menetapkan nasib manusia maka ia merasa percuma bekerja. Bersyukur tidak ada
hubungannya dengan nasib yang digariskan kepadanya.[3]
Dalam Al-qur’an Allah memerintahkan kepada manusia
untuk bersyukur. Berikut dalil-dalil yang berkaitan dengan perintah bersyukur:
1.
Surat Ibrahim ayat 7
øÎ)ur c©r's? öNä3/u ûÈõs9 óOè?öx6x© öNä3¯RyÎV{ ( ûÈõs9ur ÷Länöxÿ2 ¨bÎ) Î1#xtã ÓÏt±s9 ÇÐÈ
7. Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu
memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih".
2.
Surat Al-Baqarah ayat 152
þÎTrãä.ø$$sù öNä.öä.ør& (#rãà6ô©$#ur Í< wur Èbrãàÿõ3s? ÇÊÎËÈ
152. Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya
Aku ingat (pula) kepadamu[98], dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu
mengingkari (nikmat)-Ku.[4]
B.
Hakikat dan Macam-macam syukur
Dalam
kitab Ihya Ulumudin Imam Ghazali menguraikan bahwa syukur itu tersusun dalam
tiga hal yaitu ilmu, keadaan dan perbuatan . Ilmunya adalah dengan menyadari
bahwa kenikmatan yang diterimanya itu semata-mata dari Dzat yang Maha Pemberi
kenikmatan. Keadaannya ialah menyatakan kegembiraan yang timbulnya sebab
memperoleh kenikmatan tadi, sedang amalannya ialah menunaikan sesuatu yang
sudah pasti menjadi tujuan serta dicintai oleh Dzat yang memberi kenikmatan itu
untuk dilaksanakan.[5]
Syukur
ada tiga macam yaitu:
1.
Syukur dengan hati.
Syukur dengan hati, yaitu mengerti bahwa segala
nikmat itu dari Allah. Sesuai firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 53:
$tBur Nä3Î/ `ÏiB 7pyJ÷èÏoR z`ÏJsù «!$# ( ¢OèO #sÎ) ãNä3¡¡tB Ø9$# Ïmøs9Î*sù tbrãt«øgrB ÇÎÌÈ
“Dan
apa saja nikmat yang ada pada kamu, Maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila
kamu ditimpa oleh kemudharatan, Maka Hanya kepada-Nya-lah kamu meminta
pertolongan”. ( An-Nahl: 53)
2.
Syukur dengan lisan
Syukur
dengan lisan adalah dengan cara memperbanyak pujian kepada-Nya dan selalu
memperbaharui nikmat yang diterimanya.[6] Maksudnya
adalah dengan banyak Mengucap hamdallah karena langkah pertama dan utama dalam
bersyukur. Lafadz alhamdulllah termasuk
yang paling baik diucapkan secara lisan. Nabi bersabda, “Ucapan Alhamdulillah
itu memenuhi timbangan (amal kebaikan).”[7]
Firman
Allah SWT:
$¨Br&ur ÏpyJ÷èÏZÎ/ y7În/u ô^ÏdyÛsù ÇÊÊÈ
“Dan
terhadap nikmat Tuhanmu, Maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan
bersyukur kepada-Nya”. (Adh-Dhuha: 11)
3.
Syukur dengan anggota badan
Syukur
dengan semua anggota, yaitu semua anggota menjalankan amal-amal sholeh. Semua
aggota badan mulai dari ujung rambut hingga ke ujung kaki tidak digunakan untuk
mengerjakan maksiat, akan tetapi hendaklah digunakan untuk menjalankan berbagai
amal kebajikan.[8] Dan
perkara yang diridhai Allah dan mencegah dari perkara yang dimurkai Allah,
serta tidak mengalokasikan nikmat-nikmat tersebut pada tempat yang mengundang
kutukan dan azab Allah [9]
Firman Allah SWT:
.... (#þqè=yJôã$# tA#uä y¼ãr#y #[õ3ä© 4 ×@Î=s%ur ô`ÏiB yÏ$t6Ïã âqä3¤±9$# ÇÊÌÈ
“Bekerjalah
Hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). dan sedikit sekali dari
hamba-hambaKu yang berterima kasih. (Saba: 13)[10]
Seseorang
belum dikatakan bersyukur kepada Allah, melainkan apabila kenikmatan yang
diperolehnya itu digunakan untuk sesuatu yang disenangi-Nya, bukan yang
disenangi itu untuk kemanfaatan Dzatnya Allah sendiri, tetapi justeru untuk
kemanfaatan hamba-hambanya belaka. [11]
Tiga dimensi Syukur
Syukur bisa dikatakan sempurna
bila telah memenuhi 3 kriteria , yaitu:
1. Mengetahui semua nikmat yang Allah berikan,
seperti nikmat Iman, Islam dan ketaatan dalam menjalankan perintah-Nya sehingga
benar-benar menjadikan Allah sebagai pelindung dan senantiasa hadir dalam
hatinya, dengan meyakini bahwa kesuksesan dan segala bentuk kemewahan semua
berasal dari Allah, kita hanya di beri pinjaman sementara di dunia.
2. Mengungkapkan rasa syukurnya dalam bentuk puji seperti
alhamdulillah, asy-Syukrulillah atau ucapan lainnya yang memiliki arti yang
sama.
3. Nikmat Allah yang ada, bukan untuk dirasakan sendiri melainkan
untuk berbagi dengan orang lain, seperti sedekah, infaq dan menolong fakir
miskin, itu semua kita lakukan agar kita selamat dari ujian dan amanah yang
kita hadapi di dunia sehingga kelak harta, tahta dan kekayaan kita menjadi
penolong besok pada hari penghitungan amal di yaum mahsyar nanti.[12]
C.
Cara Menanamkan sifat syukur pada siswa
Sifat
syukur merupakan salah satu akhlaq mulia yang sangat penting yang harus
ditanamkan pada anak didik sejak dini. Dan usaha untuk melatih anak didik agar
memperoleh didikan dan akhlak yang baik harus dilaksanakan dan sebagai orang
tua atau pendidik tidak boleh lengah, karena anak adalah amanah Allah yang
bernilai tinggi.
Oleh
sebab itu apabila anak dibiasakan untuk
mengamalkan apa-apa yang baik seperti selalu bersyukur kepada Allah atas
nikmatnya dan sabar terhadap cobaan, pasti akan tumbuh di atas kebaikan dan
akan selamat dunia dan akhirat.[13] Dan
anak dijelaskan bahwa dengan bersyukur memiliki keutamaan yang luar biasa.
Rasulullah
shollallahu Alaihi Wa Sallam dikenal sebagai abdan syakuura (hamba Allah yang
banyak bersyukur). Setiap langkah dan tindakan beliau merupakan perwujudan rasa
syukurnya kepada Allah.Suatu ketika Nabi memengang tangan Muadz bin Jabal
dengan mesra seraya berkata :
“Hai Muadz, demi Allah sesungguhnya aku amat menyayangimu”. Beliau
melanjutkan sabdanya, “Wahai Muadz, aku berpesan, janganlah kamu tinggalkan
pada tiap-tiap sehabis shalat berdo’a : Allahumma a’innii `alaa dzikrika wa
syukrika wa husni `ibaadatika (Ya Allah,tolonglah aku agar senantiasa ingat
kepada-Mu, mensyukuri nikmat-Mu, dan baik dalam beribadat kepada-Mu)”.
Mengapa kita perlu memohon pertolongan Allah dalam berdzikir dan
bersyukur ? ., Tanpa pertolongan dan bimbingan Allah amal perbuatan kita akan
sia-sia. Sebab kita tidak akan sanggup membalas kebaikan Allah kendati banyak
menyebut asma Allah; Menyanjung, memuja dan mengaungkan-Nya. Lagi pula, hakikat
syukur bukanlah dalam mengucapkan kalimat tersubut, kendati ucapan tersebut
wajib dilakukan sebanyak-banyaknya.
Al Junaid seorang sufi, pernah ditanya tentang Makna (hakikat)
syukur. Dia berkata, “Jangan sampai engkau menggunakan nikmat karunia Allah
untuk bermaksiat kepada-Nya”.
Lantas, adakah sesuatu yang bukan nikmat Allah. Kita taat dengan menggunakan
karunia dan izin Allah. Bahkan ketaatan itu sendiri merupakan karunia dan
hidayah Allah. Sebaliknya, seseorang yang melakukan maksiat pun sudah pasti
dengan menyalahgunakan nikmat Allah dan akibat kesalahannya sendiri.
Ketika kita menerima pemberian Allah kita memuji-Nya, tetapi ini
sama sekali belum mewakili kesyukuran kita. Pujian yang indah dan syahdu saja
belum cukup, dia baru dikatakan bersyukur bila diwujudkan dalam bentuk amal
shaleh yang diridhai Allah.
Abu Hazim Salamah bin Dinar berkata, “Perumpamaan orang yang memuji
syukur kepada Allah hanya dengan lidah, namun belum bersyukur dengan
ketaatannya, sama halnya dengan orang yang berpakaian hanya mampu menutup
kepala dan kakinya, tetapi tidak cukup menutupi seluruh tubuhnya. Apakah pakaian
demikian dapat melindungi dari cuaca panas atau dingin ?
Tidak perlu diragukan lagi akan keutamaan syukur dan ketinggian
derajatnya, yakni syukur kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya yang datang terus
beruntun dan tiada habis-habisnya. Di dalam Al-Qur’an Allah menyuruh bersyukur
dan melarang kebalikannya. Allah memuji orang-orang yang mau bersyukur dan
menyebut mereka sebagai makhluk-makhluk-Nya yang istimewa. Allah menjadikan
syukur sebagai tujuan penciptaan-Nya, dan menjanjikan orang-orang yang mau melakukannya
dengan balasan yang sangat baik. Allah menjadikan syukur sebagai sebab untuk
menambahkan karunia dan pemberian-Nya, dan sebagai sesuatu yang memelihara
nikmat-Nya. Allah memberitahukan bahwa orang-orang yang mau bersyukur adalah
orang-orang yang dapat memanfaatkan tanda-tanda kebesaran-Nya.[14]
Bagaimana cara meningkatkan rasa syukur kepada Allah?
Jika kita bersyukur, nikmat kita akan ditambah oleh Allah. Mungkin,
kita sudah hafal ayat Al Quran yang menjelaskan hal ini:
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu (QS Ibrahim:7)
Lalu, mengapa ada orang yang merasa sudah bersyukur tetapi merasa
tidak mendapatkan nikmat tambahan? Karena janji Allah tidak mungkin salah,
artinya ada yang salah dengan diri kita. Ada tiga kemungkinan:
Pertama:
cara kita bersyukur yang salah.
Kedua:
kita kurang peka terhadap nikmat yang sebenarnya sudah Allah berikan kepada
kita.
Ketiga:
Allah memberikan nikmat lain yang terbaik bagi kita, tapi kita tidak
menyadarinya.
Jadi, Bagaimana cara meningkatkan rasa syukur?
Luangkan waktu untuk merenungkan nikmat-nikmat yang sudah Allah
berikan kepada kita. Nikmat itu sangat banyak, bahkan tidak akan terhitung.
Lalu mengapa banyak orang yang merasa tidak mendapatkan nikmat? Karena mereka
kurang memberikan perhatian terhadap nikmat-nikmat yang sudah Allah berikan.
Allah mengulang-ngulang ayat “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu
dustakan?” dalam surah ar Rahmaan, dimana salah satu hikmahnya adalah agar kita
lebih memperhatikan nikmat-nikmat. Saat kita memberikan perhatian terhadap
nikmat, kita akan melihat, kita akan ngeh, bahwa nikmat Allah yang kita terima
sangat banyak.
Berprasangka baiklah kepada Allah. Banyak nikmat yang tidak
terlihat bagi kita. Kita sering menganggap bahwa nikmat itu harus dalam bentuk
materi, padahal lebih luas dari itu. Seringkali kita menganggap bahwa nikmat
itu adalah sebuah pemberian, padahal bisa saja Allah sudah menghindarkan kita
dari suatu musibah yang asalnya akan menimpa kita. Mungkin tidak ada yang
bertambah pada diri kita, tetapi terhindar dari musibah bukankan sebuah nikmat
yang besar? Renungkanlah…
Setelah kita mengetahui bahwa nikmat Allah begitu banyaknya, maka
langkah selanjutnya ialah memasukan pengetahuan ini ke dalam hati. Agar melekat
dengan diri kita sehingga rasa syukur kita akan bertambah. Caranya ialah terus
menerus mengingat nikmat dalam berbagai kesempatan. Semakin sering kita
mengingat nikmat, akan semakin tertancap dalam hati, maka rasa syukur pun akan
meningkat.
Jadi cara meningkatkan rasa syukur diawali dengan pengetahuan akan
nikmat yang telah kita terima. Namun tidak cukup hanya pengetahuan saja, karena
banyak orang yang tahu tetapi kurang bersyukur. Pengetahuan akan nikmat ini
harus tertanam dalam hati kita.
Kita sudah mengetahui bagaimana cara meningkatkan rasa syukur.
Muda-mudahan dengan meningkat rasa syukur, nikmat kita akan bertambah.[15]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa bersyukur dan aplikasinya adalah mengetahui Allah dengan hati, mengingat Allah dengan lisan dan melaksanakan segala yang diperintahkan oleh Allah dengan amal perbuatan. Dan syukur mempunyai nilai ibadah yang sangat tinggi.
Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa bersyukur dan aplikasinya adalah mengetahui Allah dengan hati, mengingat Allah dengan lisan dan melaksanakan segala yang diperintahkan oleh Allah dengan amal perbuatan. Dan syukur mempunyai nilai ibadah yang sangat tinggi.
B. Saran
Penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan
makalah syukur.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan
tentang pembinaan
akhalak bagi pendidik dan peserta didik
Soa Ujian:
1. sebagai muslim apakah anda merasakan
indahnya berislam dan beriman? apa saja keindahan tersebut? jelaskan!
2. judul makalah yang anda tulis adalah tentang
akhlak. jelaskan bagaimana cara menenamkan akhlak mulia yang anda tulis atau
bagaimana cara menjauhkan akhak tercela pada peserta didik anda? berikan alasan
yang tepat!
Jawaban Soal:
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Ghazali. 1975 Ihya Ulumuddin. Bandung: Diponegoro
Abidin, Zaenal.2009. Mencari Kunci Rezeki yang
Hilang. Jakarta: Menara Indo Pena.
Al-Qur’an
dan terjemahnya.
Depdiknas.
2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Handrianto, Budi. 2002. Kebeningan Hati dan Pikiran. Jakarta:Gema Insani .
Ingathari . http:// ingathari.blogspot.com.
Khalid,Abu. Kamus Arab Al-Huda Arab –Indonesia. Surabaya: Fajar
Mulya.
Sayutialhandy. http://sayutialhandi.blogspot.com
Selamat,
Kasmuri. 2005. Rahmat di Balik Cobaan. Jakarta: Kalam Mulia.
[1]
Abu Khalid, Kamus Bahasa Arab, (Surabaya:Fajar Mulya)
[2]
Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia ,
(Jakarta:Gramedia,2011),hal. 1368
[3]
Budi Handrianto, Kebeninga Hati dan Pikiran,(Jakarta: Gema Insani,2002)
hal 129
[4]
Alqur’an dan terjemahnya
[5]
Imam Alghazali, Ihya Ulumuddin (Bandung:Diponegoro,1975), hal. 918
[6] Kasmuri
Selamat, Rahmat di Balik Cobaan (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), hal.132
[7]
Zaenal Abidin, Mencari Kunci Rezeki yang Hilang (Jakarta: Menara
Indo Pena),hal.147
[8]
Kasmuri , Op.Cit
[9]
Zaenal, Op.Cit
[10]
Kasmuri Selamat, Op.Cit.
[11] Imam
Alghazali, Ihya Ulumuddin (Bandung:Diponegoro,1975), hal .918
[13]
Imam Alghazali, Loc.Cit hal.534
[14] Sayutialhandy.blogspot.com
[15] Ingathari.blogspot.com Op.Cit